Tim relawan 37 bersama personel TNI mengevakuasi jenazah korban pesawat Sukhoi Superjet 100 di Puncak Salak 1, Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/5). Menurut keterangan relawan yang menemukan, pesawat dalam kondisi hancur. (FOTO ANTARA/Duyeh)
Berita Terkait

Bogor (ANTARA News) - Sejumlah jenazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang ditemukan Tim SAR gabungan, Jumat, sudah tidak dalam keadaan utuh lagi.

Jenazah-jenazah yang dimasukkan dalam 12 kantong itu ditemukan di ketinggian 2.005 Mdpl di lokasi jatuhnya pesawat di Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat.

"Kami menemukan jenazah tersebut setelah tim mencium bau busuk di sekitar tebing dengan ketinggian sekitar 2.005 Mdpl dan setelah disisir akhirnya kami menemukan jenazah korban kecelakaan pesawat yang sudah tidak utuh lagi," kata anggota Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Indonesia yang tergabung dengan Tim SAR Gabungan, Ridwan Hakim, kepada wartawan Jumat malam.

Menurutnya, setelah disisir tim menemukan empat jenazah dua berkelamin laki-laki dan sisanya perempuan sudah tidak utuh lagi. Bagian tubuh yang ditemukan hanya kaki, tangan atau setengah badan saja, selain itu tubuh para korban juga seperti terbakar.

Kemudian, tim langsung memunguti serpihan tubuh korban dan tubuh korban yang rusak tersebut lalu dimasukan ke dalam empat kantong mayat. "Di empat kantong mayat berisi serpihan dan bagian tubuh korban, tidak diketahui apakah tubuh tersebut merupakan dari satu korban atau tidak," tambahnya.

Saat ini empat kantong jenazah yang berisi bagian tubuh korban tersebut sudah berada di Puncak Salak I. Jenazah korban ditemukan sekitar pukul 10.15 WIB dan dievakuasi sekitar pukul 12.15 WIB, kemudian tim langsung turun dan tiba di posko utama di Kampung Pasir Manggis, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

"Anggota Mapala UI yang ikut hanya tiga orang, kami bersama tim dari Marinir AL jumlahnya mencapai puluhan dan silih berganti memunguti dan mencari serpihan jasad korban," kata Ridwan.

Ditambahkannya, untuk mencapai lokasi di mana pesawat tersebut jatuh, dirinya harus melakukan rappeling dengan menuruni tebing setinggi 10 meter, kondisi saat ditemukan badan pesawat sudah tidak utuh dan diduga bagian pesawat lainnya masuk ke jurang dengan kedalaman sekitar 500 meter.

"Cukup sulit masuk ke lokasi, karena medan yang berat tetapi dengan kerjasama akhirnya bisa mencapai lokasi," demikian Ridwan.