Laman

TOP POPULER

Jumat, 04 Mei 2012

Captain America: The First Avenger


Judul Film: Captain America: The First Avenger
Tagline:
Produksi: Paramount Pictures
Genre: Fantasi, Aksi
Tanggal rilis: 09 Sep 2011

Sinopsis

Captain America : The First Avenger akan fokus pada awal masa di dalam dunia Marvel, saat Steve Rogers (Chris Evans) dengan suka rela menyerahkan dirinya kedalam program eksperimen, dan itu membuatnya menjadi Tentara Super, yang selanjutanya dikenal sebagai Captain America.

Sebagai Captain America, Rogers bergabung dengan pasukan pembela kebenaran bersama Bucky Barnes (Sebastian Stan) dan Peggy Carter (Hayley Atwell) untuk memerangi organisasi kejahatan yang mereka sebut organisasi HYDRA.

Organisasi HYDRA dipimpin oleh penjahat yang sangat ditakuti bernama Red Skull (Hugo Weaving)

Pemain

  • Chris Evans sebagai Steve Rogers ( Captain America )
  • Tommy Lee Jones sebagai Colonel Chester Phillips
  • Hugo Weaving sebagai Johann Schmidt ( Red Skull )
  • Hayley Atwell sebagai Agent Peggy Carter
  • Sebastian Stan sebagai Bucky Barnes
  • Dominic Cooper sebagai Howard Stark
  • Toby Jones sebagai Dr. Arnim Zola
  • Neal McDonough
  • Derek Luke
  • Stanley Tucci sebagai Dr. Abraham Erskine

Review

Harus diakui media komik menjadi sarana ampuh untuk semacam propaganda. Ini terbukti dengan komik-komik buatan DC ataupun Marvel yang selalu menyajikan aksi kepahlawanan lewat figur pahlawan super fiksi mereka.
Lihat saja di komik atau pun film adaptasi DC maupun Marvel, X-Men, Iron Man, Spiderman dari Marvel, atau Batman, Green Lantern atau Superman dari DC. Semuanya menampilkan Amerika sebagai produsen para pahlawan super yang menjaga perdamaian dunia, sekaligus memantapkan hegemoni mereka atas dunia sejalan dengan klaim mereka sebagai "polisi" penjaga keamanan.
Rata-rata komik pahlawan super seperti yang disebut di atas, memang dirilis dalam rentang perang dunia ke dua hingga era perang dingin. Sehingga, Amerika merasa perlu menciptakan sebuah sosok idola kepahlawanan yang sarat akan nilai-nilai yang diusung oleh bangsa bekas koloni Inggris tersebut.
Namun, di antara sekian banyak karakter pahlawan super, Captain America-lah yang paling mengusung identitas Amerika. Mulai dari nama hingga detail seragamnya dipenuhi oleh nuansa The Star Spangled Banner, warna-warna dan unsur bendera Amerika.

Captain America sendiri pertama kali muncul pada Maret 1941, lewat komik Captain America #1, hasil karya Jack Kirby dan Joe Simons. Rilis pertama komik Captain America tersebut, jauh sebelum Amerika Serikat  terlibat dalam perang dunia II.
Lalu setelah puluhan tahun, lahirlah adaptasi filmnya lewat tangan Joe Johnston, dengan judul Captain America : The First Avengers, sekaligus mengisyaratkan ini adalah "pemanasan" sebelum sang kapten berperisai menyambangi bioskop kembali bersama teman-teman pahlawan super lain dari dunia Marvel.
Captain America : The First Avengers dibuka dengan sekelompok orang di daerah kutub yang sedang melakukan ekspedisi. Kemudian mereka bertemu dengan sebuah bangkai pesawat yang sudah terkubur berpuluh tahun.
Lalu mereka menemukan sebuah perisai berlambangkan bintang dan ornamen bendera Amerika dari dinginnya salju tebal. Dan cerita kemudian berputar ke tahun 40an.
Waktu itu Perang Dunia II. Dan Nazi dengan pimpinan Adolf Hitler, sedang sibuk menjadikan Bangsa Arya sebagai pemimpin dunia.
Untuk mendukung rencananya, NAZI mendirikan sebuah divisi litbang teknologi bernama HydraSchmidt ( Hugo Weaving ). Dibantu oleh Dr. Arnim Zola ( Toby Jones), divisi Hydra menjadi yang terdepan untuk rancang bangun teknologi super canggih. Mereka berhasil menciptakan berbagai senjata pemusnah massal yang bahkan belum terbayangkan di zaman modern ini.
Bangsa Jerman, di film ini diperlihatkan begitu percaya dengan mitologi. Termasuk mitologi Skandinavia, di mana mereka mencari sumber tenaga Odin, Tesserate, sebuah kubus yang akan memberikan tenaga bagi senjata temuan Dr Zola. Tesserate disebut dalam film ini sebagai bagian dari mitologi Bangsa Norwegia, Yggdrasil, pohon kehidupan dalam mitologi bangsa tersebut. Tesserate pun ditemukan tim Hydra di negara Norwegia kemudian.

Schmidt kemudian menjadi mitos sendiri di pasukan Nazi. Bahkan lebih dipuja dari Hitler. Dimabukkan oleh pujian dan ambisi pribadi, Schmidt pun ingin melebihi Hitler dan ingin mengekspansi dunia lewat caranya sendiri.
Tapi Schmidt butuh Erskine, sebuah serum yang mampu melipatgandakan kemampuan seseorang sehingga mampu memiliki kekuatan super.
Erskine adalah temuan Dr. Abraham Erskine ( Stanley Tucci ) di pihak Amerika.
Amerika Serikat pun butuh sebuah figur untuk membangkitkan semangat perjuangan bangsa tersebut dalam perang. Dan kebetulan ada seorang pemuda kurus kering, Steve Rogers (Chris Evans) yang berambisi menjadi tentara. Namun, selama ini dia selalu gagal mengikuti tes. Meski sahabat Steve, Bucky Barnes ( Sebastian Stan) terus menyemangatinya untuk terus berjuang.
Pencarian Amerika akan sosok yang rela menjalani percobaan berbahaya untuk mendapatkan sosok pahlawan super, jatuh kepada Steve Rogers. Dr Abraham Erskines-lah yang menemukan potensi luara biasa Rogers.
Meski sempat disepelekan oleh Colonel Chester Phillips (Tommy Lee Jones) dan agen Inggris, Peggy Carter (Hayley Atwell) , Dr. Abraham bergeming akan keputusannya, hingga dibawalah Steve ke sebuah laboratorium raksasa milik ilmuwan flamboyan, Howard Stark (Dominic Cooper).
Ayah Tony Stark alias Ironman inilah yang kemudian berhasil menciptakan mesin yang mampu mengoptimalkan serum Erskine, hingga mampu mengubah Steve Rogers menjadi gagah perkasa.
Sayang, eksperimen tersebut berhasil dilacak oleh Hydra, yang kemudian berakibat tewasnya Dr. Abraham.
Dimulailah peran Steve Rogers sebagai simbol Amerika. Dia pun dipajang di film propaganda, menjalani tur di banyak negara bagian, "meninju" Hitler di setiap pertunjukkannya dan menyemangati para prajurit.

Namun, dirinya hanya menjadi simbol. Tidak boleh ikut berperang. Hingga suatu ketika, kejadian yang menimpa sahabat karibnya, Bucky, membuat Steve memutuskan untuk turun ke medan tempur.
Dengan bersenjatakan perisai khusus terbuat dari logam vibranium yang mampu menahan berbagai senjata dan bisa menjadi bumerang, Steve Rogers beraksi sebagai Captain America yang heroik. Steve pun kemudian terlibat hubungan asmara dengan agen Carter, menikmati perannya sebagai pahlawan hingga akhirnya harus berduel dengan Schmidt, lewat percobaan gagalnya dengan serum Erskine, berubah menjadi sosok mengerikan Red Skull.
Sebagai pecinta dan mengikuti komik Marvel, Penulis bisa mengatakan bahwa cerita dalam film Captain America : The First Avengers adalah film adaptasi komik yang mengangkat cerita paling asli jika dibanding adaptasi komik Marvel lain, meskipun diawali dan diakhiri dengan adegan berlatar masa sekarang.
Christopher Markus dan Stephen McFeely terlihat setia dalam pakem cerita komiknya. Kedua penulis naskah tersebut terlihat menghabiskan hampir separuh durasi film untuk menceritakan tranformasi Steve Rogers menjadi pahlawan super.
Kedua penulis naskah tersebut juga secara pintar memasukan elemen dari Thor, untuk menegaskan bahwa Captain America: The First Avengers akan berhubungan erat dengan karakter komik dari legenda Skandinavia  tersebut. Thor sendiri nantinya sempat menjadi pimpinan The Avengers, sebelum kemudian digantikan oleh sang Captain.
Namun ada beberapa perubahan dalam film dibandingkan dengan komiknya. Misalnya, perisai sang kapten. Dalam komik diceritakan perisai dibuat dari logam adamantium, namun di film diubah menjadi vibranium. Juga ada tambahan ketika dicantumkan nama kubus sumber energi yang disebut milik Odin, Tesserat.
Captain America : The First Avengers, berseting tahun 40-an namun memiliki tampilan teknologi yang sangat super futuristik.
Lihat saja tampilan senjata milik kelompok Hydra, pesawatnya yang sudah memiliki tampilan pesawat supersonik Concorde, motor dan mobil bertenaga jet, maupun aksen bicaranya.
Film ini juga dihubungkan dengan Iron Man, di mana ditampilkan Stark Expo yang mirip pameran eksibisi kelas dunia zaman sekarang. Menarik ketika ditampilkan prototipe Superman di ekspo ini. Seolah merupakan bentuk sindiran dari Marvel, yang ingin menandingi "produk " saingannya tersebut.

Sebagai produk adaptasi komik, memang Captain America : The First Avengers, cuma menampilkan konten yang menyuguhkan visualisasi komik. Dan itu yang membuat penonton penasaran. Namun, bila dibandingkan dengan X-Men : First Class ataupun Thor yang juga dari Marvel, Captain America agak "kedodoran" di mulai pertengahan film. Cerita yang seperti dipanjangkan pada bagian dramatisasi antara Rogers dan Buck, maupun Rogers dan agen Carter, harus diakui sempat membawa momen mengantuk. Penulis Christopher Markus dan Stephen McFeely seperti kehilangan kontrol akan intensitas dan ekskalasi adegan aksinya.
Tapi, untungnya sinematografi yang dibesut Selly Jonhson ( Jurassic Park, The Wolfman) menyajikan gambar-gambar indah. Nuansa tahun 40-an sangat terasa di sini lewat unsur coklat keemasan. Gambar yang disajikan pun sangat indah. Adegan puncak adalah ketika pertarungan antara Captain dengan Red Skull
Set serta art division juga sangat luar biasa di sini. John Bush dan tim mampu menampilkan detail properti, terutama kostum yang bagus. Kostum sang Captain disesuaikan agar sesuai dengan zamannya dan juga masuk akal karena merupakan kostum pertama.
Musik dan score yang digarap oleh Alan Menken dan Alan Silvestri mampu membuat mood terbantu ketika menyaksikan film ini. Mereka membuat musik layaknya mars para prajurit yang bersemangat dan patriotis, kental dengan irama drum yang bertalu. Namun, diselingi dengan musik score yang juga lembut dalam tempo adagio yang pelan dan romantis. Tidak heran karya keduanya seperti Beauty and The Beast, Tangled ataupun Beowulf mendapat banyak pujian.
dan dipimpin oleh Agen yang di latari ledakan serta api yang berkobar. Sangat indah.
Film seperti Captain America  akan sangat bergantung kepada efek khusus dalam menciptakan tampilan maupun make-up. Film ini menyajikannya dengan skala yang megah, namun tetap tidak berlebihan sehingga membikin kepala pusing.
Akting para pemainnya juga pas. Chris Evans yang sebelumnya bermain sebagai Human Torch di Fantastic Four, mampu menampilkan perubahan yang meyakinkan.
Terutama ketika dirinya maasih berwujud Steve Rogers  yang kurus. Memang, hal itu diakali oleh efek khusus. Namun, ekpresi Chris Evans tidaklah bisa diwakili dengan efek khusus. Chris Evans bisa merubah mimik muka dan bahasa tubuh, dari saat dia lugu hingga berwibawa ketika dirnya sudah berwujud sempurna.
Barisan pemain lain, Stanley Tucci, Hugo Weaving, Hayley Atwell, Tomy Lee Jone, Doinic CooperToby Jones juga menyuguhkan akting sesuai kapasitas masing-masing.
Stanley Tucci, Tommy Lee Jones dan Chris Evans mampu melepas dialog yang kadang diselipi humor-humor segar. Memang banyak sisipan humor di sini, menegaskan bahwa Amerika adalah bangsa yang bersahabat, humoris dan juga pekerja keras.

Beda halnya dengan Toby Jones ataupun Hugo Weaving (aktor ini lagi-lagi menjadi penjahat setelah Sinister di Green Lantern). Mereka berada di tampilan karakter serius dan dingin, khas Jerman. Akting mereka seperti biasa, bagus, bahkan untuk "sekadar" tampil di film superhero seperti ini.
Memang ada sedikit keanehan, ketika Schmidt dan Dr. Zola yang digambarkan sebagai orang Jerman, justru berbahasa dan berdialek British dan Amerika.
Menonton film seperti Captain America : The First Avengers adalah semacam guilty pleasure. Kita disuguhi oleh sajian propaganda dan kita tahu hal itu bisa membodohi serta mentertawakan logika kita. Namun, tetaplah menarik menyaksikan aksi Sang Kapten di dalam layar lebar, terutama bila Anda adalah pembaca setia komiknya seperti Penulis.
Ini adalah pembuktian Joe Johnston sebagai sutradara, setelah filmnya yang dianggap salah satu yang terbaik, October Sky.
Captain America : The First Avengers memang tidak menawarkan sesuatu yang baru, pun bukan yang terbaik. Agak susah memang ketika membandingkan film tentang pahlawan super dengan film BatmanNolan. Nolan memang telah menetapkan standar yang tinggi dan agak susah dilampaui.
hingga garapan
Namun, Captain Amerika : The First Avengers bisa dikatakan menyamai Thor dan X-Men : First Class. Sama-sama berhasil membawa unsur gembira dan menyenangkan, yang membuat kita lupa bahwa film ini menjual mimpi belaka.
Menonton film ini menyenangkan karena kita akan menantikan dan bersorak pemunculan banyak elemen sebagai persiapan rilis The Avengers. Sama menyenangkan ketika kita menyaksikan kemunculan Stan Leecameo.
Meski akhir cerita terkesan buru-buru dan tidak memberikan klimaks di perasaan ketika menonton, saksikan terus Captain Amerika : The First Avengers. Karena ada sedikit petunjuk dan penghubung menuju The Avengers.
Dan satu lagi kelemahan film ini adalah efek 3D tidak terlalu terasa. Hanya beberapa saja adegan yang membuat kita sadar bahwa ini adalah format 3 dimensi. Seperti ketika Sang Kapten melempar perisai.
Sesuatu yang mungkin akan membuat kita bersorak bahwa akan ada penampilan sang Kapten dan temen-temannya lagi tahun depan. Dengan harapan tentunya, akan berkali-kali lipat taraf keseruan dan adrenalinenya.

Selamat menonton!
sebagai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar